Minggu, 11 Maret 2012

Puskesmas Kintamani I jalan-jalan ke waterboom kuta

Apa jadinya jika staf puskesmas kintamani I yang biasanya kerja di gunung jalan-jalannya di kuta?
berikut foto yang kami ambil.











Kamis, 08 Maret 2012

Foto Minlok Lintas Program Puskesmas Kintamani I

Foto ini diambil dari kegiatan mini lokakarya lintas program Puskesmas Kintamani I yang dihadiri wakil dari Dinas Kesehatan kabupaten bangli.










Jumat, 02 Maret 2012

MANFAAT VITAMIN K


SUATU ketika anak Anda tiba-tiba terpental dari sepeda. Betisnya tergores sehingga meneteskan darah. Luka kecil itu lalu dibersihkan memakai kapas sambil sedikit ditekan.  Tak lama, darah pun berhenti menetes dan luka ringan itu ditutup  plester supaya anak bermain sepeda lagi.
Apa yang membuat darah berhenti menetes dengan sendirinya sehingga Anda tak perlu repor mengatasinya? Ya.. Itulah salah satu kegunaan penting vitamin K. Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein termasuk dalam pembekuan darah.  Disebut juga vitamin koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga konsitensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam lemak ini juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal.
Jenisnya
Vitamin K terdapat dalam tiga bentuk berbeda.  Pertama adalah vitamin K1 atau phylloquinone, yaitu jenis yang ditemukan dan dihasilkan tumbuhan.  Kedua adalah K2 atau disebut juga dengan menaquinone, yang dihasilan bakteri menguntungkan dalam sistem pencernaan. Dan yang ketiga adalah K3 atau menadione yang merupakan vitamin buatan bagi mereka yang tak mampu menyerap dari  makanan.
Seluruh vitamin K dalam tubuh Anda diproses dalam liver di mana nantinya akan digunakan untuk memproduksi zat yang membuat darah Anda bisa membeku.  Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang terutama jenis K1.   Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal dan memastikan tidak salah sasaran.   
Berapa kebutuhannya?    
Menurut standar RDA (Recommended  Dietary Allowance), kebutuhan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya.  Untuk dewasa, setidaknya membutuhkan 1 mikrogram setiap hari per kg berat badan.  Jadi, kalau berat badan Anda 50 kg maka kebutuhan perharinya mencapai 50 mikrogram.
Sumber vitamin K   
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain jumlahnya  terbilang kecil,  sistem pencernaan kita mengandung bakteri yang mampu mensintesis vitamin K yang sebagian diserap dan disimpan didalam hati.  Namun begitu tubuh pun perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan.
Kebanyakan sumber vitamin K didalam tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Anda dapat memperoleh vitamin K dari makanan  seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak, sayuran sejenis kobis (kol) dan susu.
Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedelai, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu menstimulasi produksi vitamin ini.
Gejala Kekurangan
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemoragik.  Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang terjadi  karena hampir semua orag memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari makanan.  Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir.
Pada dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama.  Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan.  
Keracunan
Anda juga bisa mengalami keracunan vitamin K.  Ini terjadi hanya pada orang yang menerima pengganti vitamin K larut air.  Gejala-gejalanya adalah hemolisis (penghancuran sel darah merah), penyakit kuning dan kerusakan otak.

Pentingnya Jampersal


Pembangunan kesehatan saat ini telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Pada periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 35 per 1000 kelahiran hidup menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup. Namun demikian keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan, mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

Target RPJMN Tahun 2010-2014 mengamanatkan agar AKI dapat diturunkan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Selain itu, kesepakatan global Millennium Development Goals (MDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan, yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT 2001).

Kematian ibu juga masih banyak diakibatkan faktor resiko tidak langsung berupa keterlambatan (Tiga Terlambat), yaitu terlambat mengambil keputusan dan mengenali tanda bahaya, terlambat dirujuk, dan terlambat mendapat penanganan medis. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong  oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin (Quintil 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Keadaan seperti ini banyak terjadi disebabkan kendala biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Dalam upaya menjamin akses pelayanan  persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB, maka pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan(Jampersal).

Jampersal dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang di dalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian, kehadiran Jampersal diharapkan dapat mengurangi terjadinya Tiga Terlambat tersebut sehingga dapat mengakselerasi tujuan pencapaian MDGs, khususnya MDGs 4 dan 5.

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)


Kebijakan Nasional Penanggulangan PTM
Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular didasari oleh kerangka dasar blum, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Kebijakan Pencegahan dan penanggulangan PTM ini ditujukan pada penyakit-penyakit yang mempunyai faktor resiko yang sama yaitu : jantung, stroke, hipertensi, diabetes militus, penyumbatan saluran napas kronis.


Tujuan

Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM untuk nmenurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di semua tatanan.


Bagaimana caranya ?
Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :
  • Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat maupun Propinsi dan Kabupaten.
  • Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu : rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
  • Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
  • Mengembangkan System Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (SSPBT) PTM.
  • Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun local spesifik.
Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu dokok, diet seimbang dan aktivitas fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama para penentu kebijakan baik nasional maupun local. Tanpa itu semua akan menjadi sia-sia saja.


Sasaran

  • Penentu kebijakan baik di pusat maupun di daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
  • Penentu kebijakan pada sektor terkait baik di Pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
  • Organisasi profesi yang ada.
  • Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sektor Swasta serta Masyarakat.
Landasan Hukum
Promosi dan Pencegahan PTM tentunya mengacu pada landasan hukum yang sudah ada secara Nasional yaitu :
  • Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
  • Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
  • Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
  • Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah.
  • Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Struktur Organisasi dan tatalaksana Departemen Kesehatan RI.
  • Program Pembangunan Nasional (PROPENAS)
  • Sistem Kesehatan Nasional.
  • Surat Keputusan menteri Kesehatan tahun 1999 tentang Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 Depkes RI tahun 1999.
  • Global Strategy for The Prevention and Control of Non Communicable Diseasses (WHA 53 tahun 2000).
  • Megacountry Health Promotion Network Initiatives (Geneva, Desember 2002).
Kebijakan
Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan, melalui pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, LSM, media Massa, dunia usaha/swasta.

Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population).
  • Penanggulangan PTM PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok.
  • Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk dunia usaha dan swasta.
  • Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM.
  • Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).
  • Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM.
Strategi
Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada beberapa tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan, tempat sekolah, tempat umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah Diet seimbang, Merokok, Aktivitas fisik dan kesehatan lainnya yang mendukung.

Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi, Bina suasana dan Pemberdayaan masyarakat. Di Tingkat Pusat lebih banyak dilakukan pada advokasi dan bina suasana. Sedangkan di tingkat kabupaten/Kota lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat? 3 (tiga) strategi untuk semua hanya materinya beda. Ingat otonomi daerah, sosial budaya, local spesifik dsb.
  • Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif di masing-masing institusi pelayanan.
  • Meningkatkan Kapasitas tenaga profesional bidang promosi kesehatan baik di pusat maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan lingkungannya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
  • Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna dalam penanggulangan PTM.
Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan penanggulangan PTM.

Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :

Indikator Umum
  • Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
  • Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
  • Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
  • Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
Indikator Khusus
  • Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah serat).
  • Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alcohol dan BBLR.
  • Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penanggulangan PTM.
  • Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.
  • Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM.
  • Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.

PELATIHAN KADER DI DESA BATUR TENGAH WILAYAH PUSKESMAS KINTAMANI I


Tanggal 28 dan 29 Februari 2012 menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian besar para kader yang terbentuk di Desa Batur Tengah. Pada hari ini mereka akan mengadakan Pelatihan Refreshing Kader yang penyelenggaraannya dibiayai langsung melalui dana desa yang telah dimusyawarahkan melalui MUSRENBANGDES yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tanggal 15 Februari 2012. Pelatihan ini mengambil tempat di Ruang Pertemuan Batur Tengah, dihadiri oleh ibu-ibu kader dan unsur aparat desa, unsur kecamatan dan puskesmas. Jumlah peserta pada pelatihan kali ini berjumlah 40 orang, berasal dari masing-masing dusun di wilayah Batur Tengah.
            Pihak Panitia menyebutkan acara ini dapat terselenggara berkat kerjasama pihak desa dan puskesmas Kintamani I selaku Fasilitator pada pelatihan kali ini, menurut mereka pelatihan ini dipandang perlu mengingat pada tahun 2012 ini mereka menambahkan lagi 4 posyandu yang baru, sehingga kader-kader baru yang terpilih diharapkan dapat membuat Posyandu di wilayah batur tengah menjadi aktif.    Mengingat pencapaian masyarakat yang memanfaatkan posyandu masih belum mencapai target.
            Pelatihan dibuka oleh Bapak Sekcam Kintamani  yaitu bapak Eko, sekiranya bapak camat kintamani bisa hadir untuk membuka, tetapi di hari yang bersamaan, Bapak Camat menghadiri acara GERBANGDES ZYGOT (Gerakan Pembangunan Desa System Gotong Royong) Gerakan yang dicanangkan Bapak Bupati Bangli I Made Gianyar untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat dan bisa mendengarkan aspirasi rakyat, sehingga diharapkan Bangli makin maju di tahun-tahun berikutnya.
            Dari pihak Puskesmas Kintamani I yang hadir ialah Kepala Puskesmas (dr.Gung Wik), Pemegang Program PSM-PKM (Mbk. Zulian), Pemegang Program Gizi (Gek Yanti). Masing-masing fasilitator membimbing jalannya pelatihan dengan materi-materi seperti Desa Siaga, PHBS, TOGA, BATRA dan POSYANDU. Tentunya diadakan juga sosialisasi terkait e-JKBM, JAMPERSAL, JAMKESMAS.
            Pelatihan berjalan dengan lancar, para kader sangat antusias dalam mendengarkan materi serta tak tanggung-tanggung untuk mengajukan pertanyaan apabila ada beberapa materi yang kurang dimengerti. Harapan peserta, kegiatan seperti ini bisa tiap tahun diadakan sehingga mereka sebagai kader akan terus merasa dimotivasi untuk memberikan sesuatu yang berarti bagi masyarakat lainnya yang tidak mengikuti pelatihan ini. Bila perlu mereka siap untuk dilombakan antar dusun, sehingga semangat mereka tak akan pernah luntur.



Berikut foto kegiatannya:







Kamis, 01 Maret 2012

MINI LOKAKARYA LINTAS SEKTOR PUSKESMAS KINTAMANI I

Puskesmas Kintamani I untuk pertama kalinya di tahun 2012 mengadakan Minilokakarya Lintas Sektor, diadakan pada tanggal 25 Januari 2012 bertempat di Ruang Pertemuan Puskesmas. Pada acara kali ini mengundang Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, Camat Kintamani, Kepala Dinas Peternakan Kec.Kintamani, Kepala Dinas Pendidikan Kec.Kintamani, Ketua Tim Penggerak PKK, PLKB, Kepala Desa, serta Kepala PUSTU dan POLINDES di wilayah Kintamani I. Acara ini dimulai pada pukul 09.00 WITA, dibuka oleh Bapak Camat Kintamani dan berakhir pada pukul 14.00 WITA.
Tujuan diselengarakannya minilok ini adalah untuk menggalang kerjasama lintas sektoral di luar bidang kesehatan, sehingga program kesehatan yang akan berjalan di tahun 2012 dapat dikoordinasikan dengan baik kepada sektor lainnya. Hal ini akan berdampak pada pencapaian derajat kesehatan masyarakat menjadi meningkat yang tentunya juga akan meningkatkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat Bangli yang pada tahun sebelumnya masih berada di rangking tujuh dari 10 kabupaten/kota yang ada di provinsi Bali.
                Dari hasil pelaksanaan Minilok didapatkan satu kesepakatan untuk lebih meningkatkan peran masyarakat dalam program kesehatan, melalui adanya UKBM yang kembali diaktifkan, membuat masyarakat  kintamani menjadi sehat dan mandiri, peran kader dimaksimalkan di tiap-tiap dusun serta peran petugas kesehatan untuk senantiasa sebagai pengayom masyarakat tak henti-hentinya menyalurkan informasi kesehatan dan membina para kader di masing-masing dusun. Pada kesempatan ini pula Kepala Puskesmas Kintamani I mensosialisasikan beberapa kebijakan baru program pusat terkait adanya JAMPERSAL (Jaminan Persalinan), sehingga dapat dimanfaatkan oleh segenap lapisan masyarakat Kintamani.
                Untuk lebih lengkapanya teman-teman dapat melihat laporan Minilokakarya Lintas Sektor yang telah disusun bersama seperti yang kita tampilkan dibawah ini.
SALAM SEMANGAT…………..!!!

Laporan Minilok Lintas Sektor

Berikut Gambar Yang Diambil